BThemes

tes
News Update :

Moto GP News

Basketball News

Formula 1 News

Oestoporosis, Musuh Dalam Selimut

3 Feb 2012


Tahukan Anda jika massa tulang dalam tubuh seseorang setiap hari bisa berkurang? Puncak pembentukan massa tulang adalah pada usia sekitar 35-40 tahun. Setelah mencapai usia puncak itulah, orang harus waspada terhadap pengeroposan tulang atau oestoporosis.

"Tulang yang rawan mengalami pengeroposan adalah tulang panggul, tulang pergelangan tangan, dan tulang punggung bawah," kata dr Tanya TM Rotikan, pakar tulang di Jakarta, seperti dilansir Antara, Kamis (2/2/2012).

Massa tulang dibentuk oleh osteoblas dan diresorpsi atau dihancurkan oleh osteoklas. Secara normal kedua aktivitas ini masih menunjukkan hal yang positif dimana pembentukan masih lebih banyak dibandingkan dengan penghancuran.

"Tulang merupakan organ dinamis yang selalu berubah dan mengalami pembaruan, pembaruan dimulai dengan pengeroposan tulang sel osteoklas yang diikuti proses pembentukan tulang sel osteoblas di tempat pengeroposan, lalu dilanjutkan dengan mineralisasi sehingga diganti dengan tulang baru yang kuat," kata dr Tanya TM Rotikan.

Namun, setelah mencapai usia puncak, karena proses penuaan resorpsi tulang oleh osteoklas lebih banyak dibanding pembentukan oleh osteoblas, sehingga terjadi penurunan kepadatan tulang.

Musuh dalam Selimut

Osteoporosis biasa disebut silent thief yaitu si pencuri yang secara diam-diam mengambil massa dari tulang. Selain itu, osteoporosis juga disebut dengan silent disease, artinya si penderita biasanya tidak merasakan nyeri apapun sampai akhirnya tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari.

"osteoporosis adalah silent disease yang tidak memiliki gejala dan ciri-ciri khusus. Massa tulang secara diam-diam digerogoti terus sampai tiba-tiba mengeropos dan patah, hanya oleh trauma ringan," kata dr. Tanya TM Rotikan, Sp.KO dari bagian Ilmu Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran universitas Indonesia.

Dia memaparkan, berdasarkan penyebabnya, oestoporosis dibagi menjadi dua yaitu osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder.

"Osteoporosis primer berhubungan dengan kekurangan hormon, usia yang makin bertambah, dan penuaan. Sedangkan osteoporosis sekunder dapat disebabkan oleh berbagai keadaan klinis tertentu dan efek samping obat," kata dia.

Khusus untuk oestoporosis sekunder, kondisi tersebut dialami oleh kurang dari lima persen penderita osteoporosis. Kondisi osteoporosis sekunder bisa disebabkan oleh kondisi medis seperti gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal

Selain itu, konsumsi obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan oestoporosis sekunder. Obat-obatan yang digunakan antara lain kortikosteroid, barbiturat, dan anti-kejang.

Perempuan Lebih Berisiko

Penurunan kepadatan tulang pada pria maupun perempuan rata-rata 0,3 persen per tahun. Namun, risiko osteoporosis pada wanita lebih besar dari pada pria, karena kadar hormon estrogen pada wanita mulai menurun pada usia 30-an, sedangkan pria hormon testosteron baru mulai menurun sekitar usia 65 tahun.

"Ketika hormon estrogen mulai menurun atau hilang, proses pembongkaran atau perusakan tulang berlangsung lebih cepat dibanding dengan pembentukannya. Osteoklas merusak tulang selama tiga minggu, padahal pembentukan tulang butuh waktu sekitar 3 bulan. Berarti kepadatan tulang akan cepat berkurang," kata dr. Tanya.

Estrogen berpengaruh positif terhadap mineralisasi tulang. Kecepatan pembentukan tulang baru untuk menggantikan yang hilang dipengaruhi oleh sirkulasi kadar estrogen.

Selain berkurangnya hormon estrogen saat memasuki masa menopouse, keadaan setelah menyusui dan melahirkan juga dapat menjadi faktor risiko oestoporosis.

Menyusui dapat menjadi faktor risiko osteoporosis, karena dengan menyusui perempuan akan kehilangan mineral tulang. Menurut sebuah studi, kalsium dalam tubuh ibu akan berkurang melalui transfer konsentrasi kalsium dalam air susu sehingga kepadatan tulang ibu akan berkurang dengan kecepatan satu persen per bulan.

Selain itu, setelah melahirkan, perempuan juga dapat terkena oestoporosis karena pembentukan kerangka tulang janin akan mengambil 3% kalsium tulang ibu. Jika asupan kalsium ibu kurang,maka kalsium untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin diambil dari tulang ibu.

Sementara, pada pria, dua faktor paling utama yang menyebabkan oestoporosis adalah kebiasaan minum kopi dan alkohol. Kafein berpengaruh pada kerusakan keseimbangan kalsium. Kafein dapat mengurangi penyerapan kembali kalsium ginjal, yang akan meningkatkan kehilangan kalsium lewat urin.

Diperkirakan satu cangkir kopi dapat mengakibatkan hilangnya enam mg kalsium dalam urin. Asupan kafein juga berhubungan positif dengan risiko patah tulang pinggul pada wanita paruh baya.

Sementara itu, kebiasaan mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh pada peningkatan kecepatan kehilangan masa tulang pada laki-laki.

Sebuah studi menemukan bahwa orang-orang yang meminum alkohol secara berlebihan pada umumnya akan mempunyai massa tulang yang rendah dan menurunnya aktivitas osteoblas.

Pencegahan

Pencegahan osteoporosis sebaiknya dilakukan sejak usia muda maupun masa reproduksi. "Pencegahan bisa dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium secara cukup, cukup mendapat sinar matahari, cukup beraktivitas, menjalankan pola hidup yang benar dengan menghindari rokok, alkohol, dan kafein, serta memperhatikan pemakaian obat-obatan yang menurunkan massa tulang," kata dr. Tanya.

Mengingat tulang adalah jaringan hidup yang bereaksi terhadap beban mekanik yang diterima, maka latihan fisik bagus untuk mencegah oestoporosis.

"Latihan fisik akan membuat densitas meningkat sehingga kepadatan tulang bertambah. Tapi, latihan fisik harus dilakukan sesuai aturan dan dengan cara yang tepat," lanjut Tanya.

Menurut Tanya, latihan fisik yang ideal harus bersifat BBTT, yaitu baik, benar, teratur, dan terukur. "Latihan fisik dilakukan dalam posisi tegak, berat badan ditunjang gaya gravitasi bumi. Misalnya aerobik, jalan kaki, joging, lari, senam aerobik," katanya.(ant/ipg)

suarasurabaya

Gerakan Indonesia Membaca Satu Juta Buku untuk Sekolah


SURABAYA VIEW - Ikatan Guru Indonesia (IGI) mengusung Gerakan Indonesia Membaca (GIM). Gerakan ini bertujuan menciptakan budaya membaca di sekolah. "IGI menyalurkan satu juta buku untuk sekolah-sekolah terpencil di Jawa Timur dan Sumba Timur," tegas Ketua Umum IGI Satria Dharma di Jakarta, 3 Februari 2012.

Buku sudah tersedia sebanyak satu juta unit dan siap dipilah menjadi satuan paket disesuaikan kebutuhan sekolah sasaran. Buku-buku paket tersebut selanjutnya siap dikirim. Semua buku saat ini berasal dari hasil kerjasama IGI dengan Konsorsium Sinergi Pustaka Indonesia. Buku terdiri atas buku pelajaran dan bacaan. "Siswa harus dibiasakan membaca. Membaca adalah jendela ilmu pengetahuan," katanya.

Setiap siswa dan setiap pembelajar wajib membaca. Tidak harus melulu buku pelajaran di sekolah. Juga buku-buku bacaan lainnya. Buku cerita, buku sejarah, novel, puisi, sains, tokoh, dongeng, olahraga, musik, detektif, apa saja. "Setiap siswa harus ditargetkan bisa membaca sekian buku dalam setahun. Ini bisa menjadi prestasi menggembirakan bagi budaya membaca di negara ini," tutur Satria.

"Dari membaca, siswa memiliki pengetahuan dan inspirasi. IGI menumbuhkan pengetahuan dan inspirasi bagi generasi bangsa ini," terangnya.

IGI membuka kesempatan bagi setiap masyarakat dan perusahaan ikut bergabung dalam gerakan ini. "Kerjasama antarsemua elemen masyarakat juga tujuan penting kami. Persoalan pendidikan adalah masalah kita semua. Bukan cuma pemerintah. Jika hanya diserahkan pemerintah, masalah di bidang pendidikan tidak akan pernah selesai," tandasnya.

Pembina IGI Ahmad Rizali menegaskan budaya membaca di sekolah ini bisa berhasil jika dilakukan bersama-sama antara masyarakat dan pemerintah.
"Masyarakat berinisiatif dan bekerjasama saling membantu menyediakan buku-buku, mengelola perpustakaan, dan pendampingan. Pemerintah bisa mengeluarkan regulasi," tutur Ahmad Rizali.

Bila sebelum jam belajar dimulai, selama 15 menit siswa diwajibkan membaca buku, maka dalam setahun siswa bisa membaca cukup banyak buku. Jika kegiatan membaca ini rutin dilakukan, budaya membaca akan tumbuh. Jika sudah tumbuh, maka di mana pun siswa berada, mereka akan terbiasa membaca. "Dalam 10-20 tahun ke depan, kita akan melihat kreativitas siswa yang tumbuh dari budaya membaca," tambah Ahmad Rizali.

Bangsa pembaca akan menciptakan peradaban yang lebih unggul. "Kita sudah lama menjadi bangsa penutur, pendengar, dan melompat sebagai bangsa penonton. Anak-anak kita saat ini menghabiskan waktunya untuk menonton televisi. Kita harus mengubahnya agar mereka membaca. Kita semua bisa mengubahnya," imbuh Ahmad Rizali optimis. (*/hb)

Ditarget, Pasar Turi 18 Bulan Selesai

2 Feb 2012


Pasar Turi baru mulai dibangun. Pembangunannya ditandai dengan pemasangan tiang pancang yang dipasang, Rabu (1/2). Pemasangan tiang pancang itu menjadi tanda dimulainya bangunan enam lantai. Target pembangunannya 18 bulan terhitung sejak kemarin. Sedangan investasinya di atas Rp 1 trilliun.

Dengan dimulainya pembangunan Pasar Turi baru itu membuat banyak pihak senang. Baik dewan maupun pedagang sama-sama menyambutnya dengan antusias. Namun, mereka juga mengingatkan agar tidak tiang pancangnya saja yang ditancapkan, tapi gedung fisiknya juga dibangun secepatnya.

”Semoga tidak mbeleset lagi. Kalau mbeleset kepercayaan pedagang dan warga Surabaya baik kepada PT Gala Bumi Investment (GBI) maupun Pemkot bakal semakin hilang. Sebab, rencana pembangunan Pasar Turi baru itu sudah gagal selam emapt kali,” kata Moch Machmud, Ketua Komisi B DPRD Surabaya, Kamis (2/2) pagi tadi.

Menurutnya, pemasangan tiang pancang ini langkah maju dan hal itu merupakan bukti ada keseriusan dari PT GBI. Harapannya, pembangunan Pasar Turi baru bisa selesai tepat waktu, sehingga pedagang berjualan kembali.

Sementara, Marketing Investor Pasar Turi PT GBI, M Zainal mengatakan, keberadaan Pasar Turi baru nanti diharapkan bisa lebih menggairahkan perekonomian tidak hanya di Surabaya saja, melainkan juga wilayah Jawa Timur. ”Secepatnya pembangunannya kami lakukan, mudah-mudahan semuanya berjalan lancar,” katanya.

Pasar Turi baru nanti terdiri dari enam lantai untuk stan pedagang dan dua lantai untuk lahan parkir. Stan pasar rata-rata 6,75 meter persegi dengan jumlah stan 6.200 unit. Para pedagang baru bisa masuk setelah pembangunan selesai.

”Pengundian stan akan dilakukan setelah masa pendaftaran selesai. Pedagang kami beri waktu selama tiga bulan atau sampai akhir Maret mendatang untuk mendaftarkan diri,” ujarnya.

Mengenai uang pendaftaran Rp 5 juta, Zainal mengatakan hal itu tetap ada. Uang pendaftaran tersebut sebagai bagian dari uang muka atau bentuk keseriusan pedagang menempati pasar tersebut. ”Hingga kini sudah ada 25% dari 3.800 pedagang yang sudah mendaftar,” katanya.

Bagi pedagang yang tidak mendaftar hingga Maret mendatang, maka PT GBI menganggap mereka tidak serius dan secara otomatis bisa dicoret dari daftar. Karena itu, semuanya kembali kepada mereka.

Sementara itu, Sekretaris Tim Pemulihan Pascakebakaran (TPPK) Pasar Turi, Kemas A Chalim mengatakan, pedagang tetap menagih janji Komisi B DPRD Surabaya yang akan mempertemukan pedagang dengan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini sebagaimana hasil dengar pendapat pada 28 Desember 2011.

Meski demikian para pedagang menyambut gembira dengan dimulainya pembangunan. ”Alhamdullilah tiang pancang pertama dilaksanakan oleh investor pertanda dimulainya pembangunan Pasar Turi, tapi sayang kemauan pedagang, pemkot dan investor belum satu,” katanya.

Menurut dia pedagang tetap menolak uang pendaftaran Rp 5 juta dengan alasan Pemkot Surabaya mengusahakan dana talangan Rp 5 juta di Bank Jatim. Namun usaha tersebut kandas sehingga Asisten II Sekkota Surabaya Muhlas Udin akan mengusahakannya lewat APBD. ”Kami tetap berusaha mencari solusi sebelum 30 Maret 2012,” katanya.

Acara pemancangan tiang pancang kemarin dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, KH Mutawakkil Alallah dan sejumlah ulama di Jawa Timur. Sedang Walikota Surabaya Tri Rismaharini tidak tampak dalam acara tersebut. pur


PASAR TURI BARU
Bangunan: - Enam lantai untuk stan pedagang
- Dua lantai untuk parkir

Stan: - Luasnya rata-rata 6,75 meter persegi per stan
- Total 6.200 stan

surabayapost

Wuih...Gula Bisa Jadi Racun bagi Tubuh


Ternyata, gula juga bisa menjadi racun bagi tubuh kita. Dalam sebuah artikel berjudul "Kebenaran Racun pada Gula" yang diterbitkan dalam jurnal Nature, para Ilmuwan mengatakan bahwa makanan yang bergula serta minuman seperti softdrink dapat mengakibatkan penyakit seperti: obesitas, kanker, penyakit jantung dan masalah pada hati.

Oleh karena itu, mereka mengklaim agar benar-benar mengatur pola makan dan penjualan gula seperti mengonsumsi rokok dan alkohol.

Para penulis AS memperingatkan bahwa obesitas saat ini adalah masalah yang lebih besar daripada kekurangan gizi di dunia, dan gula tidak hanya membuat orang gemuk tetapi juga mempengaruhi metabolisme tubuh, meningkatkan tekanan darah, hormon yang tidak seimbang dan merugikan hati.

Seorang ahli obesitas di Universitas California, Robert Lustig mengatakan gula seperti alkohol yang beracun sehingga merugikan masyarakat. para orang tua mengajarkan anak-anak mereka tentang diet dan olahraga namun mereka tetap mengonsumsi minuman bersoda. Maka dari itu, peneliti merekomendasikan untuk membatasi penjualan minuman bersoda ini dan mendisiplinkan peraturan sekolah yang mencakup mesin penjual otomatis dan makanan ringan.

Dr Laura Schmidt dari Universitas California berkata,"kami tidak berbicara tentang larangan. Apa yang kami inginkan hanyalah mengurangi konsumsi gula" tuturnya. [afi/kun]

beritajatim

Pakar Transportasi: Sistem Fly Over Bukan Solusi Kemacetan


Kemacetan merupakan problem yang sering terjadi di kota-kota besar termasuk Surabaya. Untuk mencari solusi atas masalah itu, fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya mengadakan seminar pekan VII Pembangunan Berkelanjutan Transportasi dan Infrastruktur, Kamis (2/2/2012).

Pembicara dalam seminar itu adalah Prof A Munawar dari Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta. Menurut Prof A Munawar sistem transportasi di Indonesia perlu direformasi.
Banyak angkutan umum yang tidak tertib dan membludaknya kendaraan pribadi.

Pembangunan fly over sebenarnya bukanlah solusi untuk kemacetan. Fly over hanyalah pencegah kemacetan jangka pendek karena menghabiskan tempat. "Sistem transportasi di Indonesia sangat perlu di reformasi. Fly over itu hanya solusi pencegah kemacetan jangka pendek," Jelas Profesor lulusan London itu.

Reformasi yang dapat dilakukan adalah peningkatan kualitas angkutan umum. Penggagas Trans Jogja ini menginginkan bus kota atau angkutan umum yang nyaman, aman dan on
time dengan sistem tiket yang teratur (smart card) di halte-halte. Lajur khusus juga diperlukan untuk menghindari kemacetan dan membuat perjalanan bus kota lancar. "Bus kota itu harus nyaman, aman dan on time agar masyarakat senang naik angkutan umum. Sistem tiket (smart card) dan lajur khusus juga diperlukan," Lanjutnya. [lin/ted]

beritajatim

Pengurus PWI Jawa Timur Dilantik

1 Feb 2012

Ketua PWI Pusat, Margiono mengatakan, kedepan wartawan harus mempunyai sertifikat profesional. “Sekarang baru 1.000 wartawan yang sudah bersertifikat profesional. Kedepan harus lebih banyak lagi,” sebut Margiono, dalam sambutannya di pelantikan pengurus cabang PWI Jatim periode 2011-2016 di Gedung Grahadi Surabaya, Selasa (31/1/2012).

Pengurus PWI Jatim periode 2012-2016 sebanyak 81 orang juga dilengkapi dewan pakar yang melibatkan pemimpin redaksi seluruh media massa terbitan Surabaya.

Dalam kesempatan yang dihadiri Gubernur Jatim Soekarwo juga ditandatangani nota kesepahaman kerja sama Forum Muspida dan PWI Jatim. Pengurus PWI Jatim akan fokus mencetak wartawan yang profesional di bidangnya.

Dalam pelantikan PWI Jatim kemarin, juga dihadiri Gubernur Jatim Soekarwo, Kapolda Irjen Pol Hadiatmoko, Pangdam V/Brawijaya, Majen TNI Murdjito dan dan pimpinan daerah Jatim lainnya.

surya

Surabaya Calon Tuan Rumah Asian Games 2019


Rencana besar digulirkan Kementrian Pemuda dan Olahraga. Organisasi pimpinan Andi Alifian Mallarangeng berniat mengikuti bidding tuan rumah Asian Games XVIII 2019 mendatang. Dan, Kemenpora menunjuk Jawa Timur (Jatim) sebagai tuan rumah multievent terakbar di Asia ini.

Niatan Kemenpora nampaknya tak main-main. Rencananya, 9 Februari nanti, mereka akan membawa usulan ini ke Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Selanjutkan, berkas akan dikirim kepada panitia bidding yang dikelola Olympic Council of Asia (OCA).

Sebagai tuan rumah, Kemenpora menunjuk Jatim sebagai penyelenggara Asian Games. Penunjukan ini bukan tanpa alasan, manurut pelaksana harian Sekretaris Mentri Pemuda dan Olahraga, Djoko Pekik, Jatim sudah menyiapkan bahan dan memiliki venues yang memadai dan berstandard internasional. Selain itu, Jatim adalah salah satu daerah pemasok atlet untuk kontingen Indonesia.

Selain itu, ditunjuknya Jatim adalah bentuk pemerataan pelaksana multievent di Indonesia. Di tahun 2011, Palembang dan Jakarta menjadi tuan rumah untuk SEA Games XXVI 2011kemarin. Sedangkan di tahun 2012 ini, Riau ditunjuk sebagai pelaksana Pekan Olahraga Nasional (PON). Setahun berikutnya, Riau juga menjadi tuan rumah Islamic Solidarity 2013.

Menanggapi hal itu, Ketua Umum KONI Jatim Erlangga Satriagung mengaku bangga dengan penunjukan Kemenpora. Erlangga menyebut, jika Indonesia pasti jadi tuan rumah, maka Asian Games akan difokuskan di Surabaya dan sekitarnya. Salah satu venues yang disiapkan adalah stadion terbesar dan termewah di Jatim saat ini, Gelora Bung Tomo.

"Masih ada waktu tujuh tahun untuk menyiapkan Surabaya dan sekitarnya menjadi tuan rumah Asian Games 2019," tutur Erlangga.

Sesuai hasil sidang dewan OCA, 3 Juli 2009 silam, pada tahun 2019 nanti, untuk kali pertama sejak tahun 1951, Asian Games akan digeber di tahun ganjil. Alasannya, Asian Games lebih ideal jika digelar setahun jelang Olimpiade.[sya]

beritajatim

Pecel Murni Bu Yuning


Pecel mudah sekali diperoleh, penjualnya biasanya buka mulai pagi hingga tengah hari. Bagi penggemar pecel, pasti sudah hafal penjual pecel enak di Surabaya. Salah satu pecel yang selalu dipadati pengunjung adalah Pecel Murni Madiun Bu Yuning.

Di Madiun sendiri, Pecel Murni berlokasi di jalan Agus Salim. Di Surabaya, Pecel Murni dirintis Bu Yuning sejak tahun 1996. Kini usaha ini diteruskan oleh salah satu anaknya yaitu, Dhima Yudhianto. Pecel murni awalnya, berupa tenda bongkar pasang. Berjualannya mulai pukul 5 sore, setelah beberapa kali pindah lokasi di sekitar Ahmad Yani, akhirnya menetap di lokasi yang sekarang ini, yaitu jalan Ahmad Yani No 211.

Jam berjualannya pun diperpanjang menjadi 24 jam. “Nasi pecel itu enak dimakan kapan saja. Bahkan kebanyakan yang mampir malah malam hingga dini hari,” tuturnya.

Dhima Yudhianto, menuturkan, perbedaan pecel Madiun dengan pecel lainnya, selain bumbu, juga dari sayuran yang digunakan. Seperti, kenikir, kembang turi, bendoyo, dan tauge pendek. “Pecel Madiun asli selalu menggunakan cambah pendek, kalaupun harus menggunakan cambah panjang, itu kalau dalam keadaan memang sudah terpaksa karena cambah pendeknya sulit, ataupun sudah habis,”jelasnya.

Ciri khas lainnya, yaitu dari wadah yang digunakan, Pecel Madiun
menggunakan pincuk, yaitu wadah dari daun pisang. Tak hanya pecel, berkunjung ke warung pecel murni, juga tersedia pilihan menu lainnya, seperti nasi goreng Jawa dan Mie Kluntung.

suarasurabaya

Minum Wedang Jahe sebelum Makan Dapat Kempiskan Perut Buncit


Saat musim hujan dan udara dingin, banyak orang suka minum wedang jahe untuk menghangatkan badan. Tak hanya itu, minum wedang jahe sebelum makan pun efektif untuk melancarkan pencernaan serta mencegah dan mengempeskan perut buncit.

Lemak menumpuk di daerah perut karena berbagai alasan, seperti makan berlebihan, pengurangan hormon terkait usia, kurang olahraga dan stres. Konsumsi jahe atau Zingiber offinale bisa membantu mnegurangi lemak berbahaya di bagian perut.

Sebagai bantuan pencernaan, jahe dapat mengurangi nafsu makan melalui efek regulasi terhadap gula darah dan serum kolesterol. Sebuah artikel yang dipublikasikan dalam British Journal of Nutrition tahun 2006, menunjukkan bahwa jahe memiliki efek pada regulasi gula darah, kolesterol dan lipid (lemak).

Beberapa iris jahe segar yang direbus dengan secangkir air dan dikonsumsi sebelum makan dapat merangsang pencernaan. Meski studi tersebut tidak konklusif, namun air hangat dapat meningkatkan manfaat wedang jahe, menurut Dr Susan Brown dalam artikelnya 'Ten Steps to Better Digestion', seperti dilansir Livestrong, Rabu (31/1/2012).

Selain itu, jahe juga merupakan kelompok rempah-rempah yang dianggap sebagai stimulan, yang memiliki efek mirip kafein.

Mengonsumsi 4 gram atau sekitar 2 sendok teh jahe per hari dapat meningkatkan metabolisme dan melancarkan pencernaan. Peningkatan tersebut membuat tubuh Anda lebih cepat membakar kalori dan meratakan perut.

Jahe juga hanya sedikit mengandung kalori, yaitu sekitar 1 kalori per gram, sehingga tidak akan berkontribusi untuk menaikkan berat badan.

Ada beberapa cara membuat wedang jahe, pertama dengan memasukkan parutan jahe ke dalam cangkir yang kemudian di seduh dengan air mendidih diatasnya. Cara lain dengan memasukkan irisan atau potongan jahe ke dalam panci berisi dan dididihkan hingga air berubah warna menjadi kuning keemasan.

detikhealth

Kisah Pejuang Pendidikan SM-3T Unesa; Namanya Rizki Sugiarto

29 Jan 2012

Sebelumnya saya tidak pernah membayangkan akan tiba di tempat ini. Desa Ramuk, kecamatan Pinupahar. Tempat di mana seorang gadis bernama Rizki Sugiarto, salah seorang peserta SM-3T Unesa, ditugaskan. Namanya yang seperti nama laki-laki itulah yang telah 'mengecoh' kepala sub TK-SD Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas PPO) Sumba Timur, sehingga dia harus 'nrimo' ditugaskan di SD yang sangat-sangat terpencil. Sendirian. Jika Kasub TK-SD tahu bahwa dia sebenarnya berjenis kelamin perempuan, dia mungkin tidak akan ditugaskan di tempat seperti ini.

Saya menerima sms Rizki sekitar tiga minggu yang lalu, sehari setelah kami melakukan supervisi di semua kecamatan. Smsnya masuk sekitar pukul 21.00 WIB (pukul 22.00 WITA). 'Ibu, saya Rizki. Saya ditugaskan di SD Ramuk, kecamatan Pinupahar. Ibu, tempat saya sangat jauh dari kecamatan. Saya harus berjalan melintasi bukit dan menembus hutan serta menyeberangi banyak sungai, jika saya akan ke kecamatan, dengan jarak tempuh lebih dari 5 jam. Makanya ketika ada supervisi tempo hari, saya tidak bisa menemui ibu di kecamatan. Ibu, sebenarnya saya sangat berat meninggalkan kepala sekolah, guru-guru, dan murid-murid saya di sini. Tapi saya tidak yakin saya kuat tinggal di sini.'

Intinya, Rizki meminta saya untuk mengusulkan ke dinas PPO supaya dia dipindahkan ke tempat yang lebih dekat dengan kecamatan Pinupahar. Tapi di sisi lain, dia merasa sangat berat meninggalkan sekolahnya. Saya merasakan ada pergumulan dalam batinnya. Antara tetap tinggal, dan keraguannya untuk bisa bertahan. Saya membesarkan hatinya: 'Rizki, kalau aku jadi kamu, maka aku akan terus berusaha bertahan, demi anak-anak, demi sekolah, dan demi masyarakat desa Ramuk yang sudah terlanjur berharap banyak kepadamu. Kamu bisa memberi banyak manfaat bagi mereka. Coba pertimbangkan itu....' Tapi malam itu, Rizki tetap pada keputusannya, minta dipindahkan.

Besok paginya, sms Rizki masuk lagi di ponsel saya. 'Ibu, kalau memang tidak memungkinkan, saya tidak apa-apa tidak dipindahkan. Saya akan terus berusaha bertahan di desa Ramuk.'

Berhari-hari setelah itu, saya tidak pernah lagi menerima sms Rizki. Namun beberapa temannya yang justeru bersms ke saya. Menyampaikan keprihatinan mereka pada kondisi Rizki dan tempat tinggalnya. Dia tinggal sendirian di aula sekolah. Tanpa listrik. Pernah suatu hari, Rizki mendapati gembok pintu aula tempatnya tinggal seperti dicongkel orang. Malam hari, beberapa kali dia mendengar seseorang atau 'sesuatu' mengetuk-ngetuk pintu. Karena prihatin dengan kondisi Rizki, hampir seminggu dua kali, teman-temannya yang ada di desa Umandudu (desa yang terletak di atas desa Ramuk, bisa ditempuh sekitar 2 jam dengan berjalan kaki), bergantian menemaninya.

Kondisi itulah yang membuat saya memutuskan untuk menjangkau tempat Rizki. Selain itu juga saya merasa tidak fair kalau saya tidak tahu di mana tempat tugas para peserta SM-3T. Ketika kita menugaskan seseorang, maka seharusnya kita tahu seperti apa tempat mereka bertugas tersebut. Seperti itu jugalah pendapat bapak Rektor.

Maka sejak kemarin, di tengah perjalanan menuju Pinupahar (setelah menyusur Katala Hamulingu dan Tabundung, dua kecamatan sebelum Pinupahar), saya meminta pak Camat Pinupahar untuk mengusahakan 5 buah motor yang bisa mengantarkan kami ke Ramuk, dan mungkin sampai ke Umandudu. Waktu itu saya belum bisa memastikan berapa yang akan berangkat ke sana. Dalam rombongan kami ada pak Rektor, mas Amin (sekretaris rektor), mas Rukin, mas Bimo (humas Dikti), mbak Arifah (PIH Dikbud), Andra (admin SM-3T yang selalu membantu saya), dan dua crew Trans TV (Peter dan Fariz), serta Joko (peserta SM-3T yang bertugas di Umandudu, yang khusus turun ke Waingapu untuk mendampingi kami). Tapi saya punya keyakinan pak Rektor akan berangkat, begitu juga mas Rukin. Mas Amin juga berangkat, karena dia harus selalu mendampingi pak Rektor. Joko juga pasti ikut, karena Umandudu adalah lokasinya. Paslah. Tapi malam itu, setibanya kami di Pinupahar dan berembug tentang siapa yang akan berangkat ke Ramuk dan Umandudu, pak Rektor meminta mas Bimo juga sebaiknya ikut. Maka pak camat harus mencarikan sebuah motor lagi malam itu juga. Trans TV dan PIH Dikbud memutuskan tidak berangkat. Mereka akan fokus membuat profil peserta SM-3T, siswa, sekolah, guru, kepala sekolah, masyarakat, dan lingkungan alam di sekitar desa Tawui yang luar biasa indah, dengan pantai dan hamparan lembah dan bukit-bukitnya yang tinggi menjulang. Selepas makan malam di rumah pak Camat, ketika kami beristirahat di rumah panggung bermenara khas Sumba, orang-orang media itu bekerja lembur di mess peserta SM-3T yang sempit, membuat script, mewawancarai beberapa peserta, dan mengolah hasil rekaman mereka seharian tadi.

Kami berangkat dari Tawui, desa terdekat di Kecamatan Pinupahar, setelah pertemuan dengan camat, kepala desa, kepala sekolah, guru-guru, dan peserta SM-3T, dalam rangka pengisian instrumen monev serta menggali berbagai persoalan di lapangan. Pak Camat melepas kami dengan bekal makan siang yang sudah disiapkan oleh ibu camat. Dua mobil yang kami sewa mengantar kami menuju Lelunggi, desa yang masih bisa dijangkau dengan mobil. Kami diantar di bibir sungai, dan di seberang sungai yang cukup lebar itu, enam sepeda motor bersama pengendaranya sudah menunggu kami. Driver kami, mas Oscar, begitu mengkhawatirkan saya. Dia memaksa saya membawa payung yang ada di mobilnya karena dia pastikan saya akan memerlukan payung itu. Sebenarnya saya enggan membawanya, tapi saya tidak sampai hati menolaknya. Akhirnya Jokolah yang kuminta membawakan payung itu (tapi ternyata malah 'hilang' karena ketinggalan di suatu tempat ketika kami beristirahat di tengah perjalanan menuju desa Ramuk).

Itulah sungai pertama yang kami seberangi. Meskipun tidak terlalu dalam, namun arusnya cukup deras. Pak Rektor yang sudah ada di seberang berteriak ke Joko supaya menggandeng saya yang sudah 'nyemplung' ke sungai siap menyeberang. Pak Kepala Sekolah SD Okatana (Okatana, desa yang juga akan kami singgahi), juga langsung menangkap tangan saya, membantu mencapai Joko. Dan terjadilah momen 'yuyu kangkang menyeberangkan kleting kuning' itu (versi mas Rukin; kebetulan saya berjaket kuning, dan Joko berkalung kain Bali berwarna hijau).

Itu adalah sungai pertama. Setelah itu ada delapan sungai lagi yang harus kami 'langgar' (istilah orang Sumba). Selebihnya adalah jalan setapak, berbatu-batu terjal. Berlubang-lubang penuh kubangan, berlumpur, naik-turun, berkelok-kelok tajam, dan jurang-jurang menganga di sisi kiri-kanan. Saya melihat jurang-jurang yang hanya berjarak sekitar satu meter dari jalan setapak itu dengan 'gagah berani'. Saya tidak mau membayangkan sepeda motor yang saya tumpangi terpeleset lalu tergelincir masuk jurang. Saya mengandalkan pikiran positif, doa dan sholawat yang terus saya gumamkan, serta kelihaian petugas kecamatan mengendalikan motor yang dikendarainya. Tak terhitung berapa kali kami yang dibonceng harus turun karena motor tidak kuat naik saking curamnya. Suaranya meraung-raung mengingatkan saya pada tontonan tong setan di mana seseorang mengendarai sebuah motor berputar-putar dalam sebuah 'tong' besar. Namun itu hanyalah sebuah tontonan. Sedangkan yang terjadi saat ini adalah benar-benar sebuah kenyataan. Kami sedang berada dalam kondisi dimana kami semua berkendara dengan kegilaan yang melebihi tong setan itu... Lebih-lebih bila kami baru saja 'melanggar' sungai, maka semua pengendara akan bersama-sama menarik gas sekuat-kuatnya untuk memastikan air sungai tidak mengganggu mesin motor. Raungannya yang keras memekakkan telinga, memecahkan kesunyian di tengah hutan belantara.

Selepas dari SD Okatana yang bisa kami capai dalam waktu sekitar 30 menit, pada pukul 13.00, kami berangkat menuju Ramuk. Perjalanan menuju Ramuk jauh lebih menegangkan. Betul-betul menguras emosi dan adrenalin. Saya suka berpetualang, tapi saya sungguh tidak pernah membayangkan saya akan melakukan petualangan segila ini. Namun hati saya menangis sepanjang perjalanan itu. Teringat sms-sms Rizki dan teman-temannya. Joko sudah sering menyampaikan seperti apa lokasi tempat dia dan Rizki ditugaskan, namun saya tidak menduga, lokasi tersebut begitu sulitnya untuk dicapai. Dan Rizki, anak gadis itu, ada di sini. Di tengah hutan belantara. Sendirian. Tanpa listrik. Tanpa teman untuk berbagi. Sempat mengeluh dan minta pindah, namun secepat itu pula dia mencabut keputusannya, dan memastikan untuk tetap bertahan. Betapa luar biasanya anak itu......

Sekitar satu kilometer dari tempat Rizki, kami semua berhenti di sebuah mata air di pinggir jalan. Semua mencuci muka dengan air yang luar biasa segar dan jernih itu. Saya berwudhu. Seperti kemarin ketika di perjalanan menuju Pinupahar, di mana saya sholat di tengah hutan, di pinggir jalan, saya berniat melakukan sholat jama' takdim dhuhur ashar, namun segera saya urungkan karena tempat Rizki sudah dekat, artinya saya masih bisa mengejar waktu sholat.

Dan sampailah kami di SD Ramuk yang catnya sudah kusam serta bangunanya yang sangat sederhana. Rizki tinggal di aula SD itu. Pintu aula dalam keadaan tertutup ketika kami datang. Joko mengetuk pintu dan memanggil nama Rizki. Begitu pintu dibuka, muncullah tubuh mungil itu. Seperti tidak percaya dia menatap saya. Tangan saya langsung terkembang dan memeluknya. 'Kamu luar biasa, Ki. Kamu kuat, Ki...' Suaraku tertahan-tahan karena menahan tangis. 'Ya, ibu, saya harus kuat, saya harus kuat...' Matanya basah. Dan setengah berdesis dia berbisik di telinga saya. 'Tapi beri saya teman, ibu, saya butuh teman.....'. Saya mengangguk dan memastikan dia akan saya carikan teman. Sedetik kemudian saya melepaskan pelukan saya dan membiarkan pak Rektor, mas Rukin, mas Bimo, dan mas Amin, menyalami Rizki dengan tatapan haru sekaligus takjub. Dada saya semakin sesak menahan emosi, dan saya bilang ke Rizki, kalau saya sudah berwudhu dan mau numpang sholat. Anak manis itu segera menyilakan kami semua masuk. Pak rektor dan yang lain duduk di tikar di dalam aula itu. Rizki membawa saya ke 'kamar'nya, tentu saja ada di ruangan itu juga, hanya disekat dengan sebuah papan dan lemari plastik yang sudah koyak. Digelarnya sajadah untuk saya di tempat sholat yang sekaligus menjadi tempat tidurnya itu, di lantai kusam beralas tikar. Sebuah al-Quran yang mungkin menjadi temannya melewati malam-malamnya dalam kesendirian, tergeletak di dekat bantalnya. Meskipun semuanya serba terbatas, nampak sekali kalau Rizki menyukai kerapian.

Dan di atas sajadah Rizki, saya menyungkurkan kepala dan menangis sepuasnya. Tangis yang sudah saya tahan sejak tadi, pecah. Ketabahan perempuan muda itu mengoyak-ngoyak perasaan saya. Semangat pengabdiannya mencabik-cabik hati. Ketulusannya membuat emosi saya runtuh. Bahkan saya saja tidak yakin akan mampu melewati hari-hari saya dalam keadaan serba terbatas seperti ini. Tanpa teman. Dalam gelap yang hanya diterangi oleh sebuah pelita. Dalam ruangan besar yang jauh dari tetangga. Tidak ada TV, tape, radio, toko dan warung. Tidak ada alat transportasi apa pun, kecuali mau berjalan berjam-jam untuk mencapai tempat dimana ojek atau oto bisa dicapai.

Maka meluncurlah doa-doa saya siang itu khusus untuk Rizki. Saya mohonkan pada Allah agar ditambahkan kekuatan dan ketabahan baginya. Kemudahan untuknya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya. Kemaslahatan bagi anak-anak didiknya, guru-guru, sekolah, masyarakat, karena kehadirannya. Dan keberhasilannya dalam mencapai cita-cita mulianya, menjadi guru. Rizki Sugiarto, gadis itu, insyaallah akan menjadi guru hebat dan luar biasa yang sudah teruji oleh alam....

Pinupahar, 27 Januari 2012
* Penulis adalah dosen, guru besar, dan korlap SM-3T Universitas Negeri Surabaya

Football News

 

© Copyright surabaya view 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.