BThemes

tes
News Update :

Innico Sjahandi, Pendiri Toko Igor's Pastry

21 Jul 2010


Satu dasawarsa yang lalu, warga Surabaya hanya bisa menikmati pastry dan bakery premium di hotel bintang lima. Namun, kini siapa saja bisa menikmatinya sejak kehadiran Igor's Pastry. Dari hanya toko kecil di ruang tamu, toko pastry yang didirikan Innico Sjahandi dan istrinya, Ratnawati Kusumo.

---

ICE cream cake, kue tart beragam bentuk, aneka roti tawar, puding maupun cheese stick bisa dijumpai di Igor's Pastry. Brand dari ratusan jenis pastry and bakery dengan rasa hotel bintang lima tersebut sudah menjadi ikon kuliner penting di Surabaya. Bukan saja karena cita rasanya yang memanjakan lidah, tapi juga karena kemampuan pendiri Igor's, yang konsisten menjaga kualitas sejak berdiri pada akhir 2002.

''Kami memang selalu berupaya mewujudkan motto only if you want the best,'' kata Innico Sjahandi pemilik sekaligus pendiri Igor's Pastry saat ditemui di outlet utamanya di Jalan Biliton, Surabaya, Senin lalu (19/7). ''Kami adalah pilihan bagi mereka yang ingin produk dengan kualitas terbaik, rasa lezat, dan baik untuk kesehatan,'' lanjutnya.

Memang, apa yang ditawarkan pria dengan panggilan akrab Igo itu harus berimbas pada harga yang tak bisa dibilang murah. Terutama, jika dibandingkan dengan harga produk pastry and bakery lain di Surabaya. Igo sendiri mengakui hal tersebut. ''Kami menggunakan bahan terbaik. Tanpa pengawet dan pemanis buatan,'' jelasnya. Bahkan, saking tak lazimnya harga yang dia tawarkan, pada hari pertama pembukaan pada akhir 2002, Igor's Pastry hanya mencatat omzet Rp 170 ribu. ''Banyak yang mengatakan saya gila menjual roti dengan harga selangit,'' kenangnya.

Igo memang mendirikan Igor's Pastry bukan dengan niat utama mendapat untung sebesar-besarnya. ''Pertama membuka toko, saya ingin membawa pastry yang biasanya ditemui di hotel bintang lima keluar dari hotel dengan rasa dan kualitas yang sama,'' ujarnya.

Idealisme pria yang memiliki dua putri ini memang tidak lahir begitu saja. Bisnis perhotelan akrab dengan keseharian Igo sejak kecil. Sang ibu adalah dosen perhotelan berstatus PNS di Malang. Lalu adik satu-satunya juga menekuni bidang perhotelan. Bahkan, lanjutnya, dia bertemu sang istri, Ratnawati Kusumo, saat sama-sama menempuh sekolah di Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata (BPLP), Bandung, yang saat ini berubah namanya menjadi Sekolah Tinggi Perhotelan Bandung (STPB). Setelah dua tahun menempuh pendidikan D-2 jurusan food production diploma, Igo dan Ratna merupakan dua di antara empat pelajar dari Indonesia yang diterima untuk bekerja di Gatwick Hilton, London.

Pria 41 tahun ini menceritakan betapa beratnya pekerjaan di salah satu hotel di dekat bandara penerbangan internasional terbesar kedua di Inggris tersebut. Bekerja di Gatwick Hilton tidak mengenal waktu. Dari seharusnya delapan jam per hari bisa 12-14 jam. Apalagi, jika cuaca buruk, jumlah tamu di hotelnya membeludak. ''Bahkan, jika Natal, Paskah, dan hari-hari besar lain, kami bisa bekerja 24 jam dalam seminggu. Hanya istirahat jika makan,'' kenangnya.

Wejangan sang ibu agar selalu berpikir positif memacu Igo untuk tetap bekerja di Gatwick Hilton selama 1,5 tahun. Bahkan, karena ketekunannya, Igo mendapat promosi. ''Mungkin head of cheft heran mengapa ada orang Indonesia yang mau saja bekerja overtime tanpa mendapat tambahan upah, sehingga saya dipromosikan beberapa kali,'' ujarnya.

Petualangan Igo menimba pengalaman tak berhenti di Inggris. Dalam kurun waktu 1990-1994, dia pindah ke Jenewa, Swiss, untuk mengambil pendidikan formal Diploma on Hotel Management dari Hotel Institute Montreux, Swiss. Ketika kuliah, Igo nyambi bekerja di jaringan hotel dan kafe terkenal, seperti Lipp Brasserie. Dia juga sempat magang di Top 10 Michelin Restaurant (buku panduan restoran dan hotel terkemuka di dunia), La Terasse Brasserie, dan Hyatt Montreux.

Setelah lima tahun menjelajahi Eropa, pada September 1994 Igo kembali ke tanah air. Dia sempat menerima tawaran menjadi manajer restoran di Grand Hyatt Bali. ''Tapi, saya putuskan untuk berkarir di city of hotels, Surabaya,'' ujar pria yang doyan makan ini. Igo mengaku kesulitan membangun jaringan di Bali karena mayoritas tamu hotel adalah turis asing. Karena itu, dia kembali ke Surabaya dan menerima tawaran di Hotel Mandarin Oriental yang saat ini berubah nama menjadi Hotel Majapahit. ''Saya bekerja di hotel pada saat Indonesia dilanda krisis. Banyak orang yang punya uang namun enggan datang ke hotel dengan alasan saving. Ini membuat pegawai hotel sulit berinovasi,'' keluh Igo.

Akhirnya dengan dukungan Ratna, Igo mundur dari posisinya sebagai executive assistant manager food and baverage di Mandarin Oriental. Dengan membawa ilmu serta pengalaman, Igo mendirikan Igor's Pastry di rumahnya. ''Nama Igor's sendiri diambil dari nama saya dan Ratna,'' ujarnya.

Sebagai pengusaha baru, Igo mendapat tantangan yang tak mudah. Pendidikan maupun pelatihannya untuk menciptakan makanan dengan citarasa lezat, indah dipandang, namun tetap sehat, menjadikan Igo tak mau menurunkan standar hanya demi meraup keuntungan. Dia berkomitmen mencari bahan terbaik untuk produk Igor's sehingga tak segan mengimpor bahan baku dari berbagai negara. ''Semua produk kami menggunakan cokelat Valrhona yang diimpor dari Prancis. Igor's merupakan salah satu konsumen Valrhona terbesar di Indonesia, selain hotel berbintang lima,'' katanya.

Dia juga menjamin bahwa semua produk Igor's bebas pengawet dan 100 persen menggunakan gula asli. Produk pastry dan bakery yang mengusung kental gaya Eropa buatan Igor's disesuaikan dengan lidah Indonesia. Misalnya, dengan kue tawar gandum yang lebih rendah kadar seratnya. Igor's Pastry adalah pastry shop pertama di Surabaya yang menawarkan healthy product. Sebab, memiliki sertifikasi HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points). "Untuk menjamin kualitas Igor's Pastry tetap konsisten dari masa ke masa kami mengajukan sertifikasi TUV NORD Food & Beverage dari Jerman yang mengawasi secara berkala kualitas dan kebersihan berdasar standar keamanan internasional,'' paparnya.

Dari toko yang terhitung sempit di Biliton, saat ini Igor's Pastry sudah memiliki dua outlet lagi di Bukit Darmo Boulevard dan Ranch Market Galaxy Mall. Toko pertamanya pun direnovasi, dibuat hampir tiga kali lebih besar daripada ukuran semula. Bahkan, untuk menjamin kesegaran pastry and bakery-nya, proses produksi berjalan 24 jam. Jam kerja 80 pegawai dibagi 3 sif per hari. Sebab, harus ada yang memulai produksi setiap pukul 02.00 agar siap disantap konsumen pada pukul 07.00. ''Produk kami selalu fresh. Dan, sebaiknya dikonsumsi pada hari yang sama karena tanpa menggunakan bahan pengawet. Jika ingin tahan lebih lama, lebih baik disimpan di freezer atau chiller,'' ujarnya.

Inovasi yang membedakan Igor's Pastry dengan yang lain adalah kemasan yang tidak saja menarik, namun juga tidak berbahaya bagi kesehatan alias food grade packaging agar makanan tidak terkontaminasi zat yang berbahaya. ''Kompensasi atas semua hal itu menjadikan produk kami lebih mahal ketimbang yang lain,'' ujar Igo serius. Karena itu, 75 persen dari harga Igor's Pastry digunakan untuk belanja bahan baku. ''Margin kami kecil kalau dibandingkan dengan yang lain,'' ungkapnya.

Setelah delapan tahun berjalan, Igo merasa dirinya merupakan pengusaha konvensional. Tidak mau terburu-buru memperlebar jaringan. Dia bahkan sempat menolak berbagai tawaran untuk mewaralabakan usahanya ke AS, Singapura, hingga Australia. ''Kami lebih mengandalkan promosi dari mulut ke mulut,'' ujarnya.

Namun, seperti manusia lain, Igo juga punya impian. ''Saya punya cita-cita agar Igor's Pastry bisa membuka cabang seperti di Jakarta. Tapi, saya ingin bisa tetap mempertahankan kualitas. Dan juga tetap menjadi trend-setter pastry dan bakery di Indonesia dan menjadi kebanggaan kota asal Surabaya,'' tegasnya.

Sudah Makan Semua, Kecuali Serangga

IGO tak henti-hentinya melakukan inovasi produk agar pelangan setia Igor's Pastry tidak bosan. Ide produk baru, kata pria yang sering menyempatkan diri fitness untuk menjaga kesehatan ini, bisa berasal dari mana saja. Tak terkecuali dari hobinya traveling. ''Saya dan Ratna (istri, Red) biasanya dua atau tiga kali per tahun ke luar negeri. Eropa atau Jepang," katanya. ''Ide bisa datang dari perjalanan itu.''

Namun, mereka tidak seperti pasangan suami-istri lain yang berjalan-jalan ke luar negeri untuk menikmati pemandangan dan suasana baru. Dalam traveling itu, Igo dan Ratna selalu menyempatkan diri mengikuti pameran makanan dam minuman skala internasional. ''Setelah pameran selesai, kami memperpanjang waktu kunjungan dua-tiga hari. Kami berkunjung ke berbagai restoran terkenal untuk mencoba makanan di sana,'' ujar Igo yang mengaku sudah ke Jepang puluhan kali, tapi belum sempat mengujungi Gunung Fuji.

Selain itu, Igo memiliki hobi makan. ''Saya makan apa saja dari A sampai Z. Kelelawar, buaya, kanguru, pokoknya semua yang bisa dimakan, kecuali serangga,'' ungkapnya.

Dia menyebut bahwa dirinya merasa geli saat mengunyah serangga. ''Apalagi saat isi perutnya keluar,'' katanya sambil bergidik.

Dalam menjalankan bisnis, Igo memilih bekerja secara serabutan, mulai tugas marketing, akunting, menemui pelanggan, hingga menata pastry and bakery di toko. Sedangkan Ratna bertanggung jawab dalam proses produksi.

Inovasi lain dari Igor's Pastry tak sekadar dari banyaknya jenis roti baru. Namun, juga dari sistem order lewat website yang baru dilakukan sejak awal tahun ini. ''Sebelumnya kami menerima pesanan lewat telepon,'' terangnya. Saat ini Igor's Patry memiliki lima armada Grand Max yang setiap hari rutin mengirim pesanan ke Gresik, Sidoarjo, hingga Mojokerto. ''Saya dulu mengirim sendiri pake Kijang. Tapi, pesanan semakin banyak, jadi beli satu. Dan pesanan terus tambah lagi karena kurang.''

Bahkan, saat pesanan membeludak seperti pada Idul Fitri dan Natal, Igor's Pastry bekerja sama dengan perusahaan taksi untuk membantu mengirimkan pesanan pelanggan. (aan/c2/kim)

Tentang Igo
Nama Lengkap: Innico Sjahandi
Tempat/Tgl Lahir : Malang, Agustus 1969
Nama Istri: Ratnawati Kusumo
Nama Anak: Masha Cheryl Sjahandi
Masha Kathleen Sjahandi
Pengalaman Kerja :
- Oktober 1995 - Juli 2001 di Mandarin Oriental, Surabaya (Sekarang Hotel Majapahit), jabatan terakhir Executive Assistant Manager - Food and Beverage
- Oktober 1995- Juli 1996 preopening manager di Sarkies, Asian - Chinese Seafood Restaurant Manager
- September 1994 - Oktober 1995 Restaurant Manager di Grand Hyatt Bali
- Juli 1992 - Oktober 1992 Chef de Partie / Section Chef di La Terrasse Brasserie, Jenewa
- Desember 1990 - Juni 1992cook di Lipp Brasserie, Jenewa
- September 1989- Agustus 1990 di Gatwick Hilton, London sebagaiFirst Commis / Cook 1 dan Demi Chef de Partie / Assistant Chef Section

Pendidikan dan Pelatihan: (sebagian)
- Maret 2000Certified in Food Hygiene and Safety / HACCP dariThe Royal Institute of Public Health and Hygiene, London
- Januari 1992 - Januari 1994Diploma on Hotel Management di Hotel Institute Montreux, Swiss
- Agustus 1987 - Agustus 1989 Food Production Diploma di Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata, Bandung.

Sumber: JawaPos
Share this Article on :
 

© Copyright surabaya view 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.