Seragam yang dipakai jemaah haji asal Indonesia dipastikan akan berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Mulai tahun ini, pemerintah memastikan batik sebagai seragam resmi jemaah haji, menggantikan seragam biru telur asin.
Dengan demikian, jemaah haji Indonesia akan mengenakan seragam batik mulai dari Tanah Air hingga ke Makkah. Baju ini ditanggalkan saat jemaah mulai mengenakan pakaian ihram untuk melakukan rukun dan wajib haji.
Kabid Haji Umrah dan Wakaf Kanwil Kemenag Jatim Najiyullah mengatakan, pemberlakuan seragam batik ini sudah disampaikan Kemenag kepada daerah. Namun hingga kini, belum ada kesepakatan terkait motif, karena sangking banyaknya motif batik di Indonesia. “Akhirnya disepakati batik nasional. Desain motifnya masih dilombakan,” ujarnya, Rabu (14/7).
Najiyullah berharap, paling lambat Ramadan nanti kepastian motif batik sudah ada. Karena pada 11 Oktober, calon jemaah haji (CJH) kloter pertama Embarkasi Surabaya sudah mulai masuk Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES) Sukolilo, sebelum terbang ke Arab Saudi pada keesokan harinya atau 12 Oktober. “Jika sampai Ramadan motif batik nasional belum ada, bisa saja, misalnya, terkait motif diserahkan pada daerah masing-masing,” jelasnya.
Pemberlakuan seragam batik ini terkait ditetapkannya batik sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia oleh UNESCO 2 Oktober 2009. Sehingga dengan dipakai jemaah haji yang tahun ini kuotanya 211.000, maka akan lebih mempopulerkan batik di mata internasional. Apalagi, jemaah haji asal negara lain juga memakai simbol dan tanda yang tegas untuk menandakan asal negara mereka. “Selain itu, jika terwujud, gagasan tersebut juga sebagai upaya menggairahkan produksi dan pangsa pasar baru untuk batik yang biasanya digarap oleh usaha kecil dan menengah,” imbuh Najiyullah.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jatim Braman Setyo mengaku mendukung rencana pemerintah mengganti seragam jemaah haji dari pakaian berwarna biru telur asin menjadi batik. Langkah itu merupakan upaya agar batik yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia lebih memasyarakat.
Braman mengusulkan corak batik yang dipakai seragam jemaah haji diambilkan dari masing-masing daerah. Karena tiap daerah, seperti Jatim sangat kaya dengan ragam dan corak batik. Selain itu, selama ini kebanyakan produsen batik adalah UMK dan UMKM yang sudah menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat. “Dengan begitu ekonomi di daerah akan tumbuh dan lebih bergairah,” katanya.
Braman juga berharap batik haji tidak diproduksi printing atau massal, agar tak hanya menguntungkan segelintir orang. Untuk itu, pihaknya, kata Braman, akan mengirimkan surat kepada Kawil Kemenag Jatim dan biro perjalanan haji se-Jatim untuk mendukung upaya agar batik yang dipakai jemaah haji diproduksi masyarakat lokal dengan memberdayakan UMK/UMKM di daerah masing-masing. (SURYA)