
Belum banyak peminatnya memang tapi para penjual uang itu betah berdiri di pinggir jalan hingga malam hari sebab berjualan uang seperti ini untungnya besar.
Munirkan (40), salah satu juragan bisnis penukaran uang baru di Gresik mengatakan, setiap bulan Ramadan dia melepas pekerjaan sebagai kuli batu dan memilih bisnis ini. “Menjadi kuli batu hasilnya sedikit, tapi untuk usaha ini, dalam sebulan Ramadan, saya menerima bersih setidaknya Rp 5 juta,” ungkapnya.
Jika awal puasa, dia hanya laku Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta/hari. Ketika mendekati Lebaran, Rp 30 juta modalnya bisa langsung habis terjual dalam sehari. “Usaha ini sangat menjanjikan, karena itu saya tidak pernah melewatkannya tiap tahunnya,” katanya yang sudah delapan tahun jualan uang receh.
Untuk mendapat modal dia harus pijam ke rentenir. Bunga rentenir mencapai 2,5%-5% sebulan. Tak hanya itu, dia juga menanggung biaya sekitar 5% dari total uang baru yang diambil dari pengepul yang mempunyai jaringan ke Bank Indonesia (BI).
“Untuk modal, saya harus pinjam ke teman saya dengan bunga 2,5% atau Rp 25 ribu tiap satu jutanya. Sedangkan untuk mendapatkan uang baru dari pengepul yang mempunyai jaringan di BI, saya juga harus membayar uang tambahan Rp 50 ribu atau 5% setiap Rp 1 juta,” katanya.
Biaya bunga dan operasional tersebut, lanjutnya, tidak menjadi masalah karena akan dibebankan ke pembeli. Menurutnya selama pekan pertama dan kedua Ramadan, dia rata-rata mengambil keuntungan 10%.
Jadi untuk penukaran senilai Rp 100.000, pembeli harus mengeluarkan uang Rp 110.000. Saat mendekati Lebaran, keuntungan yang diambil lebih tinggi hingga Rp 15.000-Rp 25.000 per penukaran Rp 100.000. ”Karena modal saya berbunga, saya juga meminta lebih ke pembeli,” katanya.
Dia mengaku tidak takut menerjuni bisnis ini, karena bila tak laku pun kerugian yang ditanggung tak banyak. Bahkan, lanjutnya, bisa dikatakan bisnis ini tak mengenal kata rugi.
“Jika tidak laku, saya bisa langsung mengembalikan uang itu, tidak perlu repot-repot. Saya hanya akan merugi untuk bunganya saja. Tapi selama delapan tahun menerjuni bisnis ini, saya tidak pernah rugi,” katanya.
Apalagi, di Gresik hanya ada tiga juragan yang menekuni bisnis penukaran uang. Dia punya enam anak buah dengan gaji Rp 1,5 juta selama Ramadan.
Hal senada diungkapkan Aan Turistian (21), salah satu anak buah Munirkan. Pemuda yang setiap harinya menjadi pekerja di salah satu perusahaan air minum di Gresik itu, selalu menyempatkan diri menjajakan uang baru sepulang kerja.
“Di tempat saya kerja upahnya hanya Rp 700 ribu/bulan, tapi hasil dari menukarkan uang ini bisa dua kali lipat, Rp 1,5 juta tiap bulan atau sekali musimnya,” katanya. (SURABAYAPOST)