Ada gagasan Surabaya ditetapkan sebagai tempat untuk membuat terobosan baru mengenai manfaat tempe dan kedelai. Tidak hanya sebatas penganan berupa tempe, namun kedelai harus diolah hingga menembus industri farmasi dan kesehatan. Kedelai yang mengandung komponen kimia isoplafon yang mampu mencegah penyakit jantung.
Tekad itulah yang mengemuka saat Universitas Katolik Widya Mandala (UKWS) bersama Forum Tempe Indonesia (FTI) menggelar Simposium Kedelai yang digelar di Hotel Sheraton Surabaya, Senin (2/8). Simposium ini diikuti para praktisi dan penggiat kedelai dalam dan luar negeri.
“Kita harus mengantarkan kedelai kita pada generasi ketiga. Bisa diakui di industri farmasi karena mengandung isoflafon untuk mencegah sakit jantung,” terang Ketua FTI Prof Dr Ir Rizal Syarief DESS, guru besar dan peneliti senior di IPB saat ditemui kemarin.
Simposium yang bertajuk Soy Symposium: Health, Socio-Culutral, and Market Perspectives itu dihadir pula peneliti dan praktisi kedelai internasional, di antaranya, Peter Golbitz dari Sunpta (Amerika). Dr Mark Messina, Nutrition Matters (Amerika). Prof Koh Woon-Puay (Singapura), Dr Shaw Watanabe (Soy Nutrition Institute Japan).
Saat ini, konsumsi tempe rata-rata orang Indonesia 8,5 kg per kapita per tahun. Ini mengindikasikan peluang ekonomi tempe masih sangat tinggi. Selain masih diperlukan sebagai asupan protein, tempe berpotensi dikembangkan sebagai pencegah kanker dan jantung. (Surya)


