BThemes

tes
News Update :

12 Pasar Tradisional Akan Dihapus

19 Jan 2012

Keberadaan Perusahaan Daerah Pasar Surya (PDPS) milik Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali mendapat sorotan. Kisruh korupsi yang diduga dilakukan mantan Direktur Utama (Dirut) PDPS, Sucipto dan Dierktur Keuangan (Dirkeu), Susantyo masih dalam proses penyidikan, kini tersebar kabar 12 pasar dari 81 pasar tardisionalnya akan dihapus. Penghapusan 12 pasar itu dinilai banyak kalangan merupakan tindakan ngawur.

Ketua Komisi B DPRD Moch. Mamhmud mengatakan, penghapusan pasar merupakan bukti kalau PDPS tidak becus dan tidak memiliki tanggungjawab atas pasar yang dikelolanya. “Tindakan itu ngawur dan tidak bertanggungjawab,” ungkapnya, Kamis (19/1).

Menurutnya, kabar akan ada penjualan 12 pasar milik PDPS terungkap dalam hearing bersama komisi B beberapa waktu lalu. Saat itu, PDPS mengaku akan mengusulkan 12 pasarnya untuk dihapus. Alasannya, pasar-pasar itu hanya tinggal nama saja, luasan yang tidak memadai dan tak lagi dikunjungi pembeli. Salah satunya, Pasar Dukuh Kupang Barat.

“Kalau memang sepi atau tidak ada pembelinya, ya, mestinya tanggung jawab PDPS, dong! Jangan cuma bisa menarik retribusinya saja. Ini sebuah kebodohan tentunya,” ujarnya.

Politisi asal Partai Demokrat ini mencontohkan Pasar Rungkut Baru yang selesai direvitalisasi di 2010. Saat itu PDPS hanya sibuk dengan jual stan pasar. Tapi, setelah stan laris manis terjual, PDPS tidak ada lagi perawatan atau kasarnya tidak ada tanggungjawabnya.

Sekarang ini PDPS hanya menempatkan seorang kepala pasar untuk menarik uang retribusi tanpa peduli pasar tersebut ramai atau tidak. “Kalau begini caranya nggak usah ada direksi, cari saja makelar jual stan beres. Wong kerja petugas PDPS sama saja dengan makelar, kok,” katanya.

Tudingan yang sama disampaikan Umar Sholahudin, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Parlement Watch. Penghapusan pasar-pasar tradisional tersebut menurutnya, sama artinya PDPS tidak mendukung pertumbuhan perekonomian negara, yaitu perekonomian kerakyatan.

“Kalau pasar tradisional dihapus perlahan, akan mempercepat tumbuhnya pasar modern. Ini yang namanya kapilatalis. Hanya orang berduit saja yang bisa melebarkan sayap bisnisnya. Yang punya modal pas-pasan, wasalam,” katanya.

Terpisah, Direktur Pembinaan Pedagang Pasar pada PDPS, Mrabawani Bhinudhi mengaku tidak mudah meramaikan sebuah pasar. Pria yang akrab dipanggil Soni menegaskan untuk membuat pasar-pasar yang telah revitalisasi seramai Pasar Wonokromo bukan perkara mudah. Ia mencontohkan Pasar Tambahrejo yang tetap mati suri hingga sekarang. Meski berbagai cara telah dilakukan, tapi pasarnya masih saja sepi pengunjung.

“Pasar itu sudah terlalu lama ditinggalkan pedagang. Di mana pedagangnya sudah masuk ke pasar lain, dan sudah ramai sehingga mau balik ke Tambahrejo lagi malas,” kilah Soni.

Namun, ia terus berupaya agar pasar-pasar yang ada di bawah binaannya tidak akan kalah bersaing dengan pasar modern. “Kami tetap berupaya agar pasar kami tetap hidup dan bisa bersaing dengan pasar modern,” terangnya. pur

surabayapost
Share this Article on :
 

© Copyright surabaya view 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.