Oestoporosis, Musuh Dalam Selimut
3 Feb 2012
Tahukan Anda jika massa tulang dalam tubuh seseorang setiap hari bisa berkurang? Puncak pembentukan massa tulang adalah pada usia sekitar 35-40 tahun. Setelah mencapai usia puncak itulah, orang harus waspada terhadap pengeroposan tulang atau oestoporosis.
"Tulang yang rawan mengalami pengeroposan adalah tulang panggul, tulang pergelangan tangan, dan tulang punggung bawah," kata dr Tanya TM Rotikan, pakar tulang di Jakarta, seperti dilansir Antara, Kamis (2/2/2012).
Massa tulang dibentuk oleh osteoblas dan diresorpsi atau dihancurkan oleh osteoklas. Secara normal kedua aktivitas ini masih menunjukkan hal yang positif dimana pembentukan masih lebih banyak dibandingkan dengan penghancuran.
"Tulang merupakan organ dinamis yang selalu berubah dan mengalami pembaruan, pembaruan dimulai dengan pengeroposan tulang sel osteoklas yang diikuti proses pembentukan tulang sel osteoblas di tempat pengeroposan, lalu dilanjutkan dengan mineralisasi sehingga diganti dengan tulang baru yang kuat," kata dr Tanya TM Rotikan.
Namun, setelah mencapai usia puncak, karena proses penuaan resorpsi tulang oleh osteoklas lebih banyak dibanding pembentukan oleh osteoblas, sehingga terjadi penurunan kepadatan tulang.
Musuh dalam Selimut
Osteoporosis biasa disebut silent thief yaitu si pencuri yang secara diam-diam mengambil massa dari tulang. Selain itu, osteoporosis juga disebut dengan silent disease, artinya si penderita biasanya tidak merasakan nyeri apapun sampai akhirnya tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
"osteoporosis adalah silent disease yang tidak memiliki gejala dan ciri-ciri khusus. Massa tulang secara diam-diam digerogoti terus sampai tiba-tiba mengeropos dan patah, hanya oleh trauma ringan," kata dr. Tanya TM Rotikan, Sp.KO dari bagian Ilmu Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran universitas Indonesia.
Dia memaparkan, berdasarkan penyebabnya, oestoporosis dibagi menjadi dua yaitu osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder.
"Osteoporosis primer berhubungan dengan kekurangan hormon, usia yang makin bertambah, dan penuaan. Sedangkan osteoporosis sekunder dapat disebabkan oleh berbagai keadaan klinis tertentu dan efek samping obat," kata dia.
Khusus untuk oestoporosis sekunder, kondisi tersebut dialami oleh kurang dari lima persen penderita osteoporosis. Kondisi osteoporosis sekunder bisa disebabkan oleh kondisi medis seperti gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal
Selain itu, konsumsi obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan oestoporosis sekunder. Obat-obatan yang digunakan antara lain kortikosteroid, barbiturat, dan anti-kejang.
Perempuan Lebih Berisiko
Penurunan kepadatan tulang pada pria maupun perempuan rata-rata 0,3 persen per tahun. Namun, risiko osteoporosis pada wanita lebih besar dari pada pria, karena kadar hormon estrogen pada wanita mulai menurun pada usia 30-an, sedangkan pria hormon testosteron baru mulai menurun sekitar usia 65 tahun.
"Ketika hormon estrogen mulai menurun atau hilang, proses pembongkaran atau perusakan tulang berlangsung lebih cepat dibanding dengan pembentukannya. Osteoklas merusak tulang selama tiga minggu, padahal pembentukan tulang butuh waktu sekitar 3 bulan. Berarti kepadatan tulang akan cepat berkurang," kata dr. Tanya.
Estrogen berpengaruh positif terhadap mineralisasi tulang. Kecepatan pembentukan tulang baru untuk menggantikan yang hilang dipengaruhi oleh sirkulasi kadar estrogen.
Selain berkurangnya hormon estrogen saat memasuki masa menopouse, keadaan setelah menyusui dan melahirkan juga dapat menjadi faktor risiko oestoporosis.
Menyusui dapat menjadi faktor risiko osteoporosis, karena dengan menyusui perempuan akan kehilangan mineral tulang. Menurut sebuah studi, kalsium dalam tubuh ibu akan berkurang melalui transfer konsentrasi kalsium dalam air susu sehingga kepadatan tulang ibu akan berkurang dengan kecepatan satu persen per bulan.
Selain itu, setelah melahirkan, perempuan juga dapat terkena oestoporosis karena pembentukan kerangka tulang janin akan mengambil 3% kalsium tulang ibu. Jika asupan kalsium ibu kurang,maka kalsium untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin diambil dari tulang ibu.
Sementara, pada pria, dua faktor paling utama yang menyebabkan oestoporosis adalah kebiasaan minum kopi dan alkohol. Kafein berpengaruh pada kerusakan keseimbangan kalsium. Kafein dapat mengurangi penyerapan kembali kalsium ginjal, yang akan meningkatkan kehilangan kalsium lewat urin.
Diperkirakan satu cangkir kopi dapat mengakibatkan hilangnya enam mg kalsium dalam urin. Asupan kafein juga berhubungan positif dengan risiko patah tulang pinggul pada wanita paruh baya.
Sementara itu, kebiasaan mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh pada peningkatan kecepatan kehilangan masa tulang pada laki-laki.
Sebuah studi menemukan bahwa orang-orang yang meminum alkohol secara berlebihan pada umumnya akan mempunyai massa tulang yang rendah dan menurunnya aktivitas osteoblas.
Pencegahan
Pencegahan osteoporosis sebaiknya dilakukan sejak usia muda maupun masa reproduksi. "Pencegahan bisa dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium secara cukup, cukup mendapat sinar matahari, cukup beraktivitas, menjalankan pola hidup yang benar dengan menghindari rokok, alkohol, dan kafein, serta memperhatikan pemakaian obat-obatan yang menurunkan massa tulang," kata dr. Tanya.
Mengingat tulang adalah jaringan hidup yang bereaksi terhadap beban mekanik yang diterima, maka latihan fisik bagus untuk mencegah oestoporosis.
"Latihan fisik akan membuat densitas meningkat sehingga kepadatan tulang bertambah. Tapi, latihan fisik harus dilakukan sesuai aturan dan dengan cara yang tepat," lanjut Tanya.
Menurut Tanya, latihan fisik yang ideal harus bersifat BBTT, yaitu baik, benar, teratur, dan terukur. "Latihan fisik dilakukan dalam posisi tegak, berat badan ditunjang gaya gravitasi bumi. Misalnya aerobik, jalan kaki, joging, lari, senam aerobik," katanya.(ant/ipg)
suarasurabaya