
Gereget World Cup 2010 di Afrika Selatan benar-benar membuat geregetan banyak orang. Betapa tidak bikin gemas, para tim unggulan yang dijagokan banyak orang ternyata berjatuhan oleh tim yang selama ini kurang diperhitungkan.
Tengok saja, betapa sedihnya para fans setia tim Matador, Spanyol, kala Torres dkk harus bertekuk lutut di kaki Swiss dengan skor tipis 0-1. Makin geram lagi pendukung tim Panser, Jerman yang pada laga kedua harus tergerus oleh kesebelasan Serbia Montonegro 0-2, padahal saat pertandingan perdana Miroslav Klose dkk secara perkasa menggelontor gawang Australia 4 gol tanpa balas.
Dan, mungkin para penggemar setia tim Perancis yang kali ini harus lebih dahulu berduka, ketika tim Ayam Jantan ini harus berkemas lebih awal dari Afrika Selatan, karena tak sulit lolos ke babak 16 besar usai menelan kekalahan menyakitkan dari Meksiko 0-2 sementara pada laga sebelumnya hanya bermain imbang tanpa gol lawan Uruguay.
Inilah sepak bola, semua serba bulat dan sulit ditebak secara jitu siapa yang akan menjadi juara bersejarah di Afrika Selatan nanti, karena setiap pertandingan mempertemukan tim, strategi permainan, dan lapangan yang berbeda. Kecuali Deddy Corbuzier yang kabarnya memiliki kemampuan meramal secara jitu siapa sesungguhnya kampium World Cup 2010 sejak beberapa menit sebelum kick off pembukaan kejuaraan ini 11 Juni lalu.
Kutukan Perancis
Tidaklah terlalu mengejutkan, ketika Juara Euro 1998 dan Juara Dunia 2000, Perancis harus angkat koper terlebih dahulu karena gagal bersaing di fase grup. Ini setidaknya mengingatkan kembali kita kepada Irlandia, yang pada prakualifikasi sempat melayangkan protes keras kepada FIFA dengan menantang adanya tanding ulang melawan Perancis di babak playoff karena gol kontroversial yang diciptakan Gallas dari bola yang sebelumnya terkena tangan Tiery Hanry.
Fakta bahwa yang berhak maju ke Afrika Selatan adalah Perancis membuktikan bahwa sesungguhnya sepak bola negeri Menara Eiffel itu kurang layak dan sebenarnya tidak berhak juga maju ke putaran final di Afrika Selatan, karena sesungguhnya kemenangannya atas Irlandia kala itu tidak sah. Apu pun alibinya, FIFA sepertinya tetap memilih Perancis karena dinilai memiliki tradisi juara, tapi kenyataannya mereka harus keok terlebih dahulu dan harus mengubur mimpinya setelah mengantongi sekali hasil seri dan sekali kalah di grup A. Sepertinya pertandingan terakhir melawan tuan rumah Afrika Selatan tidak akan mampu meloloskan Franck Ribéry dkk
Sepak bola adalah permainan unik. 22 orang berebut satu bola dalam bingkai satu lapangan, namun mampu memikat jutaan pasang mata. Geliat perekonomia, krisis politik dan perbedaan suku, ras, dan agama sirna begitu saja ketika dihadapkan dengan yang namanya sepak bola.
Keuniversalan sepak bola yang bisa diterima dimana-mana dan oleh siapa saja ini sepatutnya kita tiru. Kebersamaan dan kekompakan tim, fair play dalam permainan, persahabatan, kelihaian, kekuatan, dan lain-lainnya semua bisa menyatu jadi satu dalam permainan ini. Tak heran bila kemudian ada yang mengistilahkan planet bola, artinya sepak bola sudah bisa menjadi sesuatu yang diharapkan dan dijadikan tumpuan dalam kehidupan yang diidam-idamkan masyarakat bumi.
Kini, mari kita kembali menikmati jalannya pertandingan tim-tim jagoan masing-masing. (*)


